PENERAPAN PANCASILA OLEH ORANG TUA UNTUK MENCAPAI HIDUP
HARMONIS DI ATAS PERBEDAAN
DISUSUN :
GALANG SETIANTO (7584)
DINDIKBUD KABUPATEN PELAKONGAN
SMA 1 KAJEN
2013/ 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia dapat kita katakan sebagai negara
terbesar di dunia. Negara ini terdiri atas gugusan pulau-pulau yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Setiap gugusan pulau ini dihuni oleh beragam suku
bangsa, seperti suku Jawa, suku Bali, suku Sunda, suku Asmat, dan masih banyak
lagi. Setiap suku memiliki etnis, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Namun,
mereka menyatukan diri sebagai bangsa dan satu negara. Mereka diwadahi dalam
sebuah negara yang disebut “NKRI” atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana caranya
menyatukan keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia? Banyaknya suku yang ada
di Indonesia justru membuat negara ini sering dihadapkan dengan masalah
kemajemukan. Mereka menuntut keadilan yang tetapi tentu saja hal tersebut susah
dilaksanakan. Bagaimana tidak, negara Indonesia juga mempunyai pulau-pulau
kecil yang letaknya terpencil. Ketika sekolah-sekolah berskala internasional
sudah banyak berdiri, di daerah terpencil sekolah justru dalam kondisi yang
buruk dan terkesan tidak terurus. Kondisi tersebut menjadikan kehidupan antara
di daerah perkotaan dan daerah terpencil
sangat timpang.
Kesenjangan sosial yang timbul dari perbedaan
tersebut, semakin memperpanjang masalah yang menimpa negeri ini. Kasus
pertikaian antarsuku di Indonesia mulai bermunculan, kita tentunya masih ingat
tragedi berdarah “Perang Poso”. Selain itu, ada juga kasus GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) yang menuntut melepaskan dari Indonesia, begitu pula yang dilakukan
oleh RMS (Republik Maluku Selatan). Yang terbaru adalah lepasnya pulau Timor
Timur menjadi negara sendiri yang bernama Timor Leste. Hal tersebut menjadi bukti bagaimana susahnya
menjaga persatuan untuk mencapai kehidupan yang harmonis.
Perbedaan yang timbul di sekitar keluarga juga
perlu diperhatikan. Orang tua dituntut agar bersifat adil terhadap
anak-anaknya, sehingga tidak menimbulkan perselisihan diantara anak-anaknya.
Jika sudah terjadi perselisihan sejak kecil dikhawatirkan akan menjadi dendam
ketika mereka dewasa. Sebagaimana yang kita tahu, perasaan dendam akan membuat
kita tersulut emosi yang seringkali berakhir dengan permusuhan.
Sebelum kita mengharapkan keharmonisan dalam
lingkup berbagai macam perbedaan, kita perlu meninjau apakah dalam masyarakat
atau keluarga sudah bisa dikatakan harmonis atau tidak. Faktanya masih banyak masalah-masalah yang
ada dalam masyarakat, misalnya keluarga, pelajar, atau lembaga penegak hukum.
Apakah keluarga, pelajar dan lembaga penegak hukum sudah mencapai keharmonisan?
Untuk mengharmoniskan kehidupan di atas perbedaan
juga jangan melupakan masalah yang timbul di lingkup yang lebih kecil seperti
keluarga, karena dari keluargalah sebuah kepribadian mulai terbentuk. Selain
itu, keluarga adalah faktor terpenting dalam kepribadian seseorang. Sehingga
orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai Bhineka Tunggal
Ika untuk diaplikasikan kepada anak-anaknya untuk mencintai persatuan dan
kesatuan bangsa untuk mencapai hidup yang harmonis.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia memiliki ideologi yang menjadi pedoman
untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila juga mempunyai slogan yang
sudah terkenal, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya adalah berbeda-beda
tetapi tetap satu. Bhineka Tunggal Ika tersebut mempunyai maksud bahwa
Indonesia adalah negara yang terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang
berbeda-beda tetapi tetap satu menjadi sebuah bangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Pancasila tidak diciptakan dengan asal-asalan atau
tanpa perhitungan. Pancasila dirumuskan oleh tokoh-tokoh pemimpin seperti Ir.
Seokarno dan Mr. Muhammad Yamin. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan peraturan-peraturan yang sudah membudaya dalam setiap lapisan bangsa
Indonesia yang telah ada pada zaman dahulu.
Nilai-nilai Pancasila sekarang mulai memudar,
mengapa bisa dikatakan begitu? Jawabannya, orang tua zaman sekaranglupa
terhadap Pancasila, mereka hanya mengetahui bunyi tanpa mengetahui nilai-nilai
yang ada di dalamnya. Bagaimana mereka bisa mengajari anak-anaknya mengenai
pentingnya Pancasila dalam mencapai keharmonisan hidup kalau orang tua itu
sendiri kebanyakan tidak tahu mengenai pentingnya Pancasila?. Apakah cukup
dengan pelajaran yang ada di sekolah? Tentu saja, karena kebanyakan waktu yang
dimiliki seseorang banyak dihabiskan di rumah, sedangkan di sekolah mereka
hanya mendapat beberapa jam pelajaran yang membahas pentingnya Pancasila,
terutama pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Antropologi. Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dasn Antropologi tidak setiap saat membahas mengenai arti
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila karena memuat mengenai
materi-materi lain. Sementara pelajaran yang lain, rata-rata tidak memberikan
materi mengenai Pancasila dan implementasinya.
Untuk menciptakan keharmonisan hidup kita
membutuhkan Pancasila, karena dengan Pancasila pula berbagai suku bangsa di
Indonesia bisa disatukan menjadi bangsa Indonesia. Pancasila juga bisa menjadi
solusi masalah kehidupan harmonis dalam kemajemukan sehingga apabila
nilai-nilai Pancasila hilang maka Indonesia akan hancur.
Hidup harmonis di atas perbedaan bisa kita capai
jika kita sudah mencapai keharmonisan dalam sebuah keluarga. Seorang anak yang
sudah diberikan pengetahuan mengenai Pancasila sejak kecil pasti akan bisa
memahami konsep Bhineka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi
tetap satu. Bhineka Tunggal Ika inilah yang merupakan wujud sebenarnya
dari hidup harmonis di atas perbedaan. Oleh karena itu, orang tua harus
memiliki pengetahuan yang cukup untuk membekali anaknya mengenai Pancasila .
Jika orang tua tidak memberikan pengetahuan dan ilmu mengenai Pancasila yang mencukupi maka akan mengakibatkan berbagai macam masalah. Misalnya kasus pembunuhan adik kandungnya sendiri gara-gara makanan yang dilakukan oleh Dominikus ."Korban tewas dibunuh, dan pembunuhnya adalah kakak kandung korban yang bernama Primus Dominikus Ndate. Sejak Jumat (22/3/2013) malam tersangka sudah ditahan di sel," kata Kepala Polres Ende Ajun Komisaris Besar Musni Arifin, Sabtu (23/3/2013), di Ende.[1]
Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Dominikus tentunya bertentangan dengan sila kedua dalam Pancasila yang berbunyi, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, dijelakan bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi akal budi dan hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umum, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan. Kasus tersebut sudah jelas bertentangan dengan sila kedua karena pembunuhannya bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia apalagi pelakunya adalah anggota keluarganya sendiri.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan kasus KDRT terus mengalami peningkatan. Tercatat, selama tiga bulan, sejak Januari hingga Maret 2013, kasus KDRT di Indonesia mencapai 919 kasus. Dari jumlah ini, sebanyak 25 persen di antaranya dilakukan oleh suami terhadap istrinya.[2]
Banyaknya jumlah kasus KDRT tersebut menjadi sebuah bukti bahwa keharmonisan dalam keluarga masih belum tercapai. Kalau di dalam keluarga keharmonisan sudah tidak ditemukan pasti keharmonisan kehidupan di dalam perbedaan susah untuk dicapai. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa. Suku bangsa merupakan masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga. Jadi, untuk mencapai keharmonisan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku diperlukan keharmonisan dalam keluarga dahulu. Dari sebuah keluarga seorang anak juga mendapatkan penegetahuan mengenai norma-norma yang diperlukannya dalam rangka membentuk kepribadian yang baik. Keluarga yang berantakan akan membuat anak menjadi seorang pemberontak dan tidak mematuhi norma-norma yang berlaku. Selain itu, orang tua yang tidak memperhatikan dan mengontrol perilaku anaknya juga membuat anak cenderung melupakan norma yang berlaku. Hal ini membuat anak menjadi seorang pelajar yang labil dan emosional.
Marak terjadinya tawuran pada pelajar biasanya dilatarbelakangi
oleh kepribadian anak tersebut. Kita tentunya masih ingat dengan kejadian
tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang menyebabkan seorang pelajar SMA 6,
Alwi meninggal dunia dengan luka bacok
di dada akibat sabetan clurit pelajar
SMA 70 Jakarta. Anehnya pelaku yang membunuh Alwi tidak merasa bersalah dan
justru bahwa pelaku puas karena telah membunuh Alwi. Jika orang tua mengawasi
anaknya dalam pergaulan serta membekali kepribadian anaknya dengan kaidah
Pancasila, peristiwa tersebut tidak akan terjadi.Kasus tawuran antara SMA 6 dan
SMA 70 jelas bertentangan dengan sila kedua dan ketiga dalam Pancasila. Sila
kedua, berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sila Ketiga berbunyi
“Persatuan Indonesia”.
Pada sila kedua dijelaskan bahwa sebagai manusia perlu
mempunyai sikap adil dan beradab, yaitu kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan kepada potensi akal budi dan hati nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kesusilaan umum, baik terhadap diri pribadi maupun
sesama manusia. Sudah jelas, bahwa kasus tersebut bertentangan dengan norma
yang berlaku terhadap sesama manusia apalagi sampai jatuh korban jiwa.
Sedangkan sila Persatuan Indonesia dalam Pancasila pada
prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara Kebangsaan.
Bangsa yang memiliki kehendak untuk persatuan perangkai karena persatuan nasib,
bangsa yang terikat pada tanah air. Bangsa yang akan tetap terjaga dari
kemungkinan mempunyai sifat chauvinistis (
membangggakan daerahnya sendiri).[3]
Pelajar adalah generasi penerus bangsa, nasib bangsa berada
ditangan mereka karena pelajarlah yang kelak menggantikan pemimpin negeri ini.
Sebagai pelajar seharusnya bersatu padu untuk menciptakan Indonesia yang
sejahtera dan damai. Untuk mencapai persatuan tersebut pelajar perlu dibekali
lebih dalam mengenai pentingnya nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika. Selain dibekali di sekolah, pelajar juga perlu dibekali arti
pentingnya Pancasila dirumah karena kebanyakan pelajar menghabiskan waktu di
rumah. Orang tua menjadi faktor terpenting dalam hal ini.
Keharmonisan dalam lingkup pelajar juga perlu ditekankan,
karena dengan kehidupan pelajar yang berjalan dengan harmonis dan serasi
diharapkan pelajar dapat nyaman dalam menjalankan aktivitas dan tenang untuk
belajar sehingga tawuran bisa disingkirkan dengan adanya keharmonisan dalam
lingkup pelajar.
Selain permasalahan yang timbul dalam keluarga dan pelajar, tampaknya
kasus sidang paripurna yang berjalan ricuh dan nyaris terjadi baku hantam perlu
diperhatikan. Sebagai lembaga negara seharusnya mencontohkan hal yang baik
kepada publik. Terjadinya peristiwa tersebut menunjukkan bahwa dalam lembaga negara
tersebut juga belum tumbuh harmonis. Mengapa demikian? karena dengan
keharmonisan tidak ada kekacauan didalamnya. Sebagaimana alunan musik yang
harmonis, akan nikmat didengarkan karena tidak terdengan kekacauan dalam
iramanya.
Selain permasalahan tersebut, masih banyak lagi kasus yang
menimpa dunia pemerintahan di negara ini. Kasus korupsi yang terjadi di negara
ini juga sangatlah mencengangkan, seperti halnya kasus korupsi Hambalang, kasus
suap daging impor dan yang sedang hangat adalah korupsi SKK Migas.
Anggota lembaga negara seharusnya tidak hanya tahu mengenai
Pancasila dan maknanya. Namun, perlu mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan nyata. Apabila nilai-nilai Pancasila sudah diaplikasikan pasti
akan tercipta persatuan yang harmonis sebagaimana yang tercurah dalam Bhineka Tunggal Ika.
Penulis membahas persoalan ricuhnya sidang paripurna setelah persoalan
pelajar karena orang-orang yang duduk di lembaga negara adalah produk pelajar
yang dahulu. Pelajar yang dari dahulu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila
dan mengaplikasikannya akan menghasil produk individu yang ideal sebagai calon
pemimpin bangsa. Orang tua juga tidak lepas dari hal ini, karena orang tua
menjadi figur yang bertanggung jawab membesarkan anaknya menjadi seorang
pelajar. Oleh karena itu, orang tua perlu menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak
kecil agar menjadi pedoman anaknya.
Keharmonisan dalam perbedaan tidak akan bisa dicapai sebelum
keharmonisan antar suku bangsa itu tercapai. Keharmonisan dalam suku bangsa pun
tidak akan tercapai sebelum keharmonisan dalam masyarakat itu tercapai.
Sebaliknya, keharmonisan masyarakat tidak akan tercapai sebelum keharmonisan
keluarga itu tercapai dan yang dapat mengharmoniskan keluarga adalah Pancasila.
Kesimpulannya, kita seharusnya menanamkan pendidikan Pancasila secara utuh
untuk mencapai keharmonisan tersebut.
Pada dasarnya Pancasila mengandung nilai-nilai yang sangat
penting. Pengaplikasian nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejatinya
dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di Indonesia. Namun, kebanyakan orang
tua yang tidak tahu mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Hal ini yang menjadi
kendala.
Sosialisasi mengenai pentingnya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sangatlah penting dilaksanakan. Jangan hanya
dalam lingkup tenaga pendidikan, masyarakat umum pun harus mendapatkan
pengetahuan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dengan porsi yang sama. Harapannya agar
masyarakat dapat menghasilkan produk yang ideal untuk mencapai cita-cita bangsa
dan hidup harmonis di tengah perbedaan. Pribadi yang sudah menanamkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya
dengan mengutamakan keharmonisan dan persatuan. Kehidupan harmonis di tengah
perbedaan. dapat diciptakan karena
risiko pertikaian antargolongan dapat dihilangkan dengan pengaplikasian dari
tertanamnya arti penting Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika dalam diri individu.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam rangka mencapai kehidupan yang harmonis di dalam
perbedaan perlu mencapai keharmonisan di dalam persamaan terlebih dahulu.
Sebab, jika keharmonisan di dalam persamaan sudah tidak bisa tercapai maka
keharmonisan di dalam perbedaan susah dilakukan. Keharmonisan dalam lingkup
perbedaan sangatlah luas, karena terdiri dari bagian yang memiliki persamaan
seperti suku bangsa dan bahasa yang berbeda.
Pancasila merupakan elemen penting untuk mencapai hidup
harmonis di tengah perbedaan. karena
mengandung semboyanBhineka Tunggal Ika.
Pancasila dan semboyan tersebut yang digunakan untuk menyatukan bangsa Indonesia
sebagai kesatuan yang utuh.
Orang tua menjadi faktor terpenting karena dituntut agar
mendidik anaknya dengan bekal pengetahuan mengenai arti Pancasila. Anak-anak
yang menjadi pelajar yang terdiri dari beragam suku bangsa adalah generasi
penerus bangsa yang wajib meneruskan dan menjaga Pancasila agar negara
Indonesia tidak hancur.
Pembekalan terlebih dahulu kepada orang tua mengenai
Pancasila perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan cara sosialisasi. Namun,
sosialisasi tersebut jangan hanya untuk kalangan tenaga pendidikan saja, tetapi
juga untuk kalangan masyarakat umum karena tidak semua orang tua adalah tenaga
pendidikan. Sosialisasi digunakan untuk bekal pengetahuan ortang tua dengan
pengetahuan yang cukup untuk membekali keturunannya dengan Pancasila.
Ciptakan generasi bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila dan
semboyannya Bhineka Tunggal Ika untuk
mencapai keharmonisan kehidupan di dalam perbedaan. Keharmonisan kehidupan di
dalam perbedaan akan menciptakan keserasian, kenyamanan, dan kesejahteraan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti halnya alunan musik harmonis
yang dapat menyejukkan jiwa.
LEMBAR ORISINALITAS KARYA
LOMBA MENULIS
ESAI SOSIAL BUDAYA
1.
|
Nama Lengkap
|
:
|
Galang
Setianto
|
||
2.
|
Jenis Kelamin
|
:
|
Laki-laki
|
||
Dengan
ini saya menyatakan bahwa naskah esai yang saya
kirimkan betul-betul karya saya, belum pernah diterbitkan, dan tidak pernah
diikutsertakan dalam lomba lainnya. Apabila di kemudian hari terbukti naskah esai ini
tidak sesuai dengan pernyataan di atas, saya bersedia dituntut secara hukum.
Demikian
surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui,
KEPALA SMA 1
KAJEN
(Drs.EKO SUPRIYANTO, M.Pd.)
|
Pekalongan, 12 September 2013
PENULIS,
(GALANG SETIANTO)
|
[1]Samuel
Oktora.2013. SoalMakanan, Dominikus Tega Habisi Adik Kandung. http://regional.kompas.com/read/2013/03/24/00545565/.Soal.Makanan..Dominikus.Tega.Habisi.Adik.Kandung
[2] Dony
Aprian.2013.KDRT Terjadi karena Perempuan Tak Mandiri. http://news.okezone.com/read/2013/05/14/157/806694/kdrt-terjadi-karena-perempuan-tak-mandiri
[3]Pimpinan
MPR dan Tim KerjaSosialisasi MPR periode 2009-2014.2012.Empat PilarKehidupanBerbangsadanBernegara.Jakarta:
SekretariatJendral MPR RI.
0 Comments