Cerpen Cinta Remaja untuk Tugas Cerpen


Mawar Jingga (Antara Sahabat dan Cinta)
(Galang Setianto 22 Januari 2012)

Malam terasa begitu bimbang, ia tersendiri diatas kursi tua yang mulai keropos. Terkadang angin menghembuskan daun yang rambutan tepat di atasnya. Meriuhkan, ia yang sedang bersedih karena luka, kata-kata orang tua yang menusuk membuatnya kian menangis meneteskan air mata. Hanya nyaris bangku tua itu adalah teman bisunya. Ketika ia mulai menikmati sejuknya malam, tiba-tiba “Kamu, masuk! Kalau orang tua berkata jangan ngambek, kalau kau gak mau kerja pergilah dari rumah.” sahut ayahnya. Ia pun teridam dan mulai masuk ke rumah dengan menundukkan kepala dan langsung masuk ke kamar untuk memejamkan mata di atas kasur.
Ia pun mulai tak senang dengan ayahnya, ia lebih merasa dijadikan seorang budak dari pada seorang anak. Ia diberi kerjaan agar menjaga sebuah rentalan komputer dikawasan kota  Konoha Raya di Jawa tengah.  Tiap hari ia disuruh ayahnya agar menjaga rentalan dari sekitar jam empat siang hingga jam 10 malam tanpa memperhatikan waktu belajarnya hingga ia merasa sangat bodoh di kelas.
*###*
Pagi mulai pancarkan sinarnya, ia pun terbangun dari tidurnya tepat jam 5 pagi. Tak berlangsung lama ia pun langsung mandi dan mulai berpakaian seragam abu-abu putih. Setiap hari ia jalan kaki hampir 3 Km. “Zuon??” panggil ibunya, itulah namanya Mizuon Kurozaki yang biasa dipanggil Zuon “Iya bu, ada apa?” balas Zuon. “Kamu sarapan dulu ya sebelum berangkat, uang saku uda ibu taruh di samping TV” kata ibunya.”Iya bu, Zuon pake dasi dulu ntar pasti Zuon sarapan kok” sahut Zuon. Akhirnya setelah tetek bengek itu ia lakukan, ia mulai mengenakan jam tangan tuk mulai berjalan kaki tepat jam 05.30 pagi.
Ia berjalan ke sekolah SMA 1 Zakari selama 50 menit, ia tak pernah menyuruh ayahnya tuk mengantarkannya ke sekolah, karena ia rasa ayahnya tak memperdulikannya. Selama perjalanan kadang ia menebar senyum kepada orang yang ia jumpai, walau kadang ia tersipu malu karena orang yang ia beri senyum hanya diam dan acuh. Tapi itu bukanlah suatu halangan agar ia tetap murah senyum.
Sesampai di sekolah ia menyalami ibu guru BK yang menghadang langkahnya di depan gerbang. Tak luput ia pun mulai berjalan ke kelasnya X.G, tapi seperti biasa saatnya membuka pintu hanya ada bangku dan meja yang masih kosong diselingi sepinya pagi. Untuk memanfaatkan waktu kadang ia menyapu lantai kelasnya. Lambat laun teman mulai berdatangan tapi ia belum begitu kenal dengan teman-temannya  maklum masih dua Minggu ia masuk di SMA 1 Zakari. Saat ia duduk di depan kelas temannya yang menyapa “boleh kenalan tak? Namaku Lee Kadarsin, kamu?”, lalu ia pun menjawab “boleh, namaku Mizuon Kurozaki biasa dipanggil Zuon. Senang bisa berkenalan denganmu”. Lalu mereka pun berbincang-bincang di bangku depan kelasnya, padahal mereka baru berkenalan sehari itu. Setelah bel berbunyi mereka pun duduk ditempat duduk masing-masing. Zuon satu meja dengan Parjo, sedangkan Lee semeja dengan Noin Khalifah. Di kelas mereka ada 30  siswa 11 laki-laki dan sisanya perempuan.
Setelah istirahat Zuon pergi ke kantin bersama 3 orang  teman yang ia kenal yaitu, Parjo, Fikri, Suneo. Nasi sayur, gorengan dan es teh, itulah makanan yang Zuon pesan untuk mengisi perutnya. Setelah istirahat berakhir mereka pun segera pergi ke Lab TIK untuk memenuhi pelajaran TIK, pelajaran kesukaan Zuon karena sebidang dengan kerjaannya.
Di dalam lab ia diajari membuat game flash dan web html, walaupun tidak terlalu bisa ia tetap berusaha dan tanpa putus asa. Setelah ia cukup bisa, mulailah keingintahuannya terhadap bahasa program datang, dengan cekatan ia mulai mengacak bahasa-bahasanya sehingga membentuk menu html yang cukup unik.
Jam pulang sekolah pun datang, tak lama ia mulai nampak dari gerbang sekolah SMA 1 Zakari, ia pulang jalan kaki sendiri, tiada teman, tiada juga kawan. Terkadang temannya memberi senyum ketika melihat Zuon jalan kaki, tapi Zuon lebih sering mendapat ejekan dari temannya “jaman sekarang masih jalan kaki, kuno lho haaaa” itulah salah satu celoteh orang yang mengejeknya. Setelah 25 menit ia berjalan menyisakan keringat yang membasahi tubuhnya ia pun sampai dirumahnya. Tiada sambutan hangat yang ia rasakan, tapi malah yang terlihat ayahnya yang tidur begitu pulasnya. Tanpa ragu Zuon langsung ganti baju, dan makan. Setelah itu ia beranjak istirahat, tapi belum sampai terlelap ayahnya yang baru bangun berteriak “Zuon, jangan istirahat dulu enak banget langsung istirahat, mending jaga rentalan sana, yang jaga uda pulang!”.”Tapi pak, Zuon capek, kaki pegel, kasih waktu buat Zuon istirahat” tandas Zuon. “Kamu disuruh orang tua malah ngelawan, mau jadi apa kau nanti. Baru SMA aja uda susah di bilangin, kamu itu masih minta ama orang tua. Kalau gak mau kerja, gak usah dirumah.., pergi saja sana!” bentak ayahnya. “iya pak” kata Zuon, seketika ia beranjak bangun dan ke tempat rentalan dengan wajah murung. Ia termenung, sakit hati, menahan tangis “ayahku itu anggap aku itu apa sih? Anak atau Babu, pengen mati rasanya kalau gini” bisik hatinya.
Tapi lubuk hati Zuon yang lain ia teringat dengan Lee, cewek yang baru mengajak berkenalan dan berbincang. Hatinya mulai bergejolak tanpa tenang, berdebar-debar membuat seluruh syarafnya menjadi dingin dan ingin sekali bertemu dengan Lee. Mungkin itu awal dari sebuah cinta, ataupun rasa sayang.
Tak sadar karena terlalu memikirkan Lee, Zuon mendapat masalah puluhan kertas bertinta ternyata salah print. Sialnya, ayah Zuon mengetahuinya dan langsung memarahi Zuon.”dasar anak gak tau di untung dikasih kemudahan malah bikin rugi, pergi saja kau!” bentak ayahnya. Seketika ia pun meneteskan air mata, dan langsung pergi berlari. Karena lelah ia pun duduk di trotoar jalan Nagasaki Street di depan mall “Mega Central”, wajahnya terlihat melas dan berhiasi air mata yang masih berkaca di matanya. Zuon terenung dan merasa sakit hati yang amat dalam ditambah ayahnya yang tak memperdulikan dia, membuatnya semakin terpukul.
Dikala Zuon berada dalam renungannya yang dalam, suara lirih terlintas dikupingnya “Zuooon...” dengarnya. Ia pun langsung menengok ke arah suara, tanpa ia sangka Lee Kadarsin yang datang menghampirinya.”Zuin kamu kenapa, kok bisa nangis gitu?” kata Lee sambil duduk. “hmmm, aku sakit hati gara-gara ayahku, yang sudah tak memperdulikanku dan sering memarahiku, aku disini jua karena uda di usir ayahku”jawabnya. “kamu sabar ya, disinikan masih ada aku. Mungkin ayahmu bercanda kali.., kalau kamu mau, boleh kok tinggal di rumahku tuk sementara waktu” ujar Lee. “yang bener Lee?? Terima kasih ya Lee!” bungah Zuon. Tak lama, kepala Zuon bersender di bahu Lee karena merasa lelah, tanpa ragu Lee pun memegang tangan Zuon dengan erat sambil meneteskan air mata membayangkan jika Lee berada diposisi Zuon. Zuon memandang mata Lee dan Lee juga demikian mereka merasa sedih bercampur senang, karena tak mengira akan bertemu di situasi yang seperti itu.  Lee juga memberikan minuman yang ditentengnya dan diminum bersama, membuat suasana menjadi romantis dan penuh dengan air mata. Tak ayal mereka pun berangkulan dan kemudian pergi ke kos-kosan Lee.
Sesampai dikos-kosan mereka pun duduk di sofa berwarna cokelat muda. Sebentar, Lee pun membuatkan secangkir teh hangat untuk Zuon. Kemudian Zuon pun tersenyum kepada Lee, ia tak mengira ternyata Lee sangat baik itu mungkin membuatnya semakin menaruh rasa.”kamu pernah punya pacar?” tanya Zuon sambil menengguk teh.”hemmm, mungkin pernah 1 kali, tapi itu berakhir dengan sangat-sangat menyedihkan,aku merasa dikhianati,diselingkuhi, tapi apa daya aku yang penuh kurang ini. Sekarang pun ku mulai melupakan semua itu, aku juga tak ingin mengingat nama   Sheo Neil lagi” jawab Lee. Zuon berpendapat “jika punya pacar jangan pernah sekali-kali benjanji Akan Mencintainya Orang Selamanya. Karena menurutku lebih dari 50% orang akan putus di tengah jalan, jangankan yang berpacaran yang menikah saja kadang cerai, kalau sudah begitu bagaimana janji yang telah terucap, sedangkan janji itu sendiri kan sesuatu yang harus ditepati.”. “kamu benar Zuon, aku juga sebenarnya telah berjanji akan setia sampai mati, tapi ternyata ia malah menyakitiku begitu saja.”
Ketika sedang berbicara Zuon teringat akan orang tuanya. Pasti orang tuanya merindukannya apalagi ibunya, seorang ibu pasti lebih kawatir jika anaknya pergi dari rumah. Tapi ia pun sadar kalau mungkin waktu untuk pulang tidak tepat. Di waktu yang bersamaan Lee mengajak Zuon pergi kerumah sahabatnya Noin Khalifah.
Dengan sepeda jengki mereka berboncengan, Zuon di depan dan Lee di belakang. Di jalan Zuon memandang kemana-mana seperti tak tahu arah, maklum ia belum pernah ke rumah Noin. Di depan gardu desa Noin anak-anak muda menyiuli keduanya “Swiitsiuuw”, mendengar itu Zuon menundukkan kepala dengan wajah malu, Lee pun tak beda jauh ia malah malu dan buang muka.
Sesampai dirumah Noin tepat jam 09.00 WIB, mereka langsung mengetuk pintu rumah Noin. “tuk tuk tuk Assalamu’alaikum..” salam Zuon. Tak lama kemudian seorang ibu-ibu keluar dan membukakan pintu,”Walaikum salam, ada apa ya?” tanya ibu-ibu yang ternyata adalah ibu Noin. “naoinnya ada bu?” jawab Zuon. Sedikit waktu menunggu  Noin pun datang. Mereka pun akhirnya berbincang dengan asyiknya.
Setelah itu mereka pun pulang dan Lee mengantarkan Zuon pulang ke rumah.”Sudah dulu ya Zuon, semoga orang tuamu gak marah ama kamu.” Kata Lee. “Amiiin, makasih ya sebelumnya, dan hati-hati dijalan” balas Zuon.
Detik-detik menegangkan pun datang, raut wajah Zuon mengkirut dan gelisah. Dia pun sempat berpikir-pikir saat mau mengetuk pintu rumahnya, tapi dengan sedikit keberanian ia pun memberanikan diri tuk mengetuk pintu. “tuk tuk tuk.” Bunyi ketukan Zuon yang cukup lirih. Tak lama ibu Zuon pun membukakan pintu, sontak kaget saat ibunya melihat anak yang dirindukannya “zuooon, kenapa kamu baru pulang dan kenapa kamu pergi dari rumah, ibu cemas Zuon (memeluk Zuon dengan erat). Ibu juga sudah bilang sama ayah kalo jangan sampe nyakitin kamu lagi, karena ibu sayang kamu Zuon..”, “Terima kasih bu, Zuon juga sayang ibu,dan Zuon menginap dirumah temen Zuon itu sangat kangen sama ibu” ujar Zuon sambil meneteskan air mata. Mereka pun masuk ke rumah dalam suasana yang cukup mengharukan ini. Ayah Zuon yang dulunya pemarah sesudah kejadian itu menjadi baik dan tidak suka marah lagi. Zuon pun merasa senang akan perubahan sikap ayahnya itu, dan akhirnya mereka bertiga pun sama – sama senang bisa berkumpul kembali. Sebenarnya Zuon adalah anak kedua, anak pertama dari keluarganya itu Ichigho Kurozaki, tetapi kakak Zuon itu masih bersekolah di Universitas Keren Jawa (UKJ) dan tinggal di daerah sekitar sekolah tersebut.
Semilir angin dingin menghempas di hamparan langit hitam di atas angkasa. Diatas meja belajar Zuon termenung memikirkan Lee, pikirannya bagai terhipnotis Lee, dan hatinya bagai ditebari virus-virus Lee.”apakah aku jatuh cinta pada Lee ya, kok aku merasakan rasa yang tidak biasa sih?” bisik Zuon dalam hati. Sekitar tengah malam ia masih belum bisa memejamkan matanya, bayang Lee benar-benar merasuk otaknya. Tanpa ragu ia berjanji pada dirinya untuk menyatakan rasanya kepada Lee di hari besok.
Mentari mulai memperlihatkan sosoknya dengan malu-malu, Zuon pun ikut terlantun cahaya sang surya. Serasa tak ingin ingin terlambat dan tak sabar ingin bertemu Lee ia pun bergegas mandi dan mengenakan baju abu-abu putihnya. “zuoon, jangan tergesa-gesa gitu dong wong masih pagi kok kaya udah jam 8 aja !” seru ibu Zuon dengan nada lirih.  “hehe, ia bu.., ma’af” ujar Zuon. Tak lama setal siap Zuon meminta ayahnya mengantarkan dia, karena kakinya sedikit pegal.
Sesampai di gerpan depan sekolah, seperti biasa ibu BK siap untuk disalami. Itulah kebiasaan di sekolah Zuon, SMA 1 Zakari. Selepas itu Zuon pun bergegas ke kelas, tapi hanya Paijo yang terlihat duduk di bangku  depan kelasnya. “Pagi jo, dah berangkat loe pagi-pagi” sapa Zuon, “iya dong, paijo gitu loch..” jawab paijo, “aku masuk kelas dulu ya jo” ujar Zuon “iya silakan mas bro” balas paijo. Walaupun di kelas tiada orang Zuon tetap masih menunggu Lee di kelas. Beberapa teman pun sudah masuk ke kelas, berikutnya nampak Noin yang masuk kelas, “pasti sebentar lagi Lee datang” harap hati Zuon. Dugaan Zuon benar, tak lama kemudian Lee datang dan menyambut Zuon dengan senyuman. “senyumnya manis banget sih..” ujar hati Zuon sambil membalas dengan senyuman. Belum sempat Zuon mengobrol dengan Lee bel jam masuk berbunyi.
Istirahat kedua ia bicara kepada Lee kalau ingin bertemu sebentar saat pulang sekolah. Karena jam istirahat dinilai Zuon bukan waktu yang tepat. Akhirnya jam pulang pun tiba, Zuon menunggu Lee dengan wajah gugup dan nerves, tapi ia tetap berani menyatakan rasanya itu. Setelah bertemu, tanpa ragu Zuon mengeluarkan butiran-butiran kata mutiara melihat suasana sudah sepi..
“Lee..
Kau adalah segenggam rasaku
Kau indah sempurna bagai bidadari dari surga
Rambutmu indah menawan bagai helaian kain sutra emas
Cantik menawan..
Bak berlian terpantul cahaya
Indah mewarna di mata
Pedih tak mampu pejamkan mata
Memandang sosokmu
Aku tak ayal ternganga
Matamu anggun menawan
Bibirmu merah merona
Dikau tak mustahil ku taruh rasa
Hati ini tak sanggup menipu cinta
Terasa sakit tuk di pendam
Tapi terasa berat tuk dikatakan
Dikau, daku jatuh cinta pada engkau
Tak bisa ku pungkiri
Hati ini mengimpikan kau
Ingin hati kau jadi penghuni hati ini
Biarlah walau sebentar...

Ujar Zuon sambil menyerahkan bunga mawar merah, “tapi Zuon kita kan belum terlalu kenal, dan mungkin aku perlu waktu tuk menjawab ini” kata Lee. “terimalah bunga ini jika engkau terima cintaku, dan buanglah bunga ini jika engka menolak cintaku. Aku tak kan memaksamu, karena aku butuh ketulusanmu” jawab Zuon.
“Bukan hati aku tak sayang
Bukan ucapan juga aku tak cinta
Cinta bukanlah sekedar rasa biasa
Yang mudah dihilangkan
Berikanlah sekiranya waktu tuk tentukan itu
Jika kau benar mencintaiku
Dan jangan pula engkau sedih jikalau kita tak harus bersama
Kemudian dengan sedikit gugup Lee memberikan jawabannya, “Zuon, aku....” belum sempat menjawab, tukang kebun sekolah datang hendak menutup pintu. “Ekhem.., pulang-pulang pintu mau ditutup jangan berduaan kayak gitu ntar ada yang ngomongin yang nggak-nggak” seru tukang kebun. Kaget dengan itu, Zuon memasukan bunganya dengan tergesa dan berkata “ya pak saya pulang, kami cuma berdiskusi kok pak”. Melihat situasi begitu Zuon mengajak Lee pergi. Sesampai di depan sekolah Zuon menanyakan jawaban Lee, “Bagaimana keputusanmu Lee?”  pinta Zuon. “hmmmm, mungkin aku belum bisa tuk menjawab rasa ini sekarang, semuanya itu perlu waktu Zuon, maafkan aku..” jawab Lee. “setiap waktu untukmu Lee, aku akan selalu menunggumu Lee” rayu Zuon.
Detik berganti menit, menit berganti jam,siang berganti malam, malam pun berganti hari yang cerah. Di setiap langkah Zuon ke sekolah ia hanya memikirkan 1 hal di dalam hatinya saat itu, yaitu “Apakah mungkin dia menerima cintaku?”. Langkah kakinya ia gegaskan tuk segera sampai di sekolah. Sesampai di sekolah ia terus menunggu Lee walau tak kunjung datang jua, ternyata Lee datang mepet dengan bell masuk sehingga Zuon belum menanyakannya.
Bel istirahat mengumandangkan deringnya yang nyaring, Lee bersama Noin pergi ke kantin, sedangkan Zuon duduk di bangku depan kelas bersama Paijo. Sekitar 8 menit Noin dan Lee pun datang, tanpa berfikir panjang Zuon pun langsung menghampiri Lee, “Lee, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” pinta Zuon, “Boleh kok !” Jawab Lee dengan singkat. “Aku ingin belajar...(memegang tangan kanan Lee) ” kata Zuon. Tiba-tiba Noin yang melihat itu langsung pergi ke kelas tanpa sebab, dengan bingung akan tindakan Noin, Lee menyela “Belajar apa Zuon?” (wajah bingung), “Belajar tuk mencintaimu.., bolehkah ku tau jawabanmu yang tertunda” ujar Zuon, Lee pun berkata “Zuon, maaf ku tak mencintaimu tapi aku rasa aku belum siap, I’m so sory”. Dengan hati terpukul Zuon langsung melepaskan tangan Lee dan masuk kekelas. Noin yang sedang duduk menghampiri Zuon, dan duduk di samping Zuon dan berkata “ Cinta bukanlah rasa yang harus terpaksakan, dan janganlah engkau terus berharap pada seseorang terlalu lebih, karena belum tentu orang itu mengharapkan engkau jua “. “terima kasih Noin, kata itu cukup tuk tenangkan hatiku, aku juga sadar kalau aku tak akan memaksakan hatiku kepada Lee” terang Zuon. Sejak saat itu Zuon lebih dekat dengan Noin ketimbang Lee, karena ia telah merasa tersakiti oleh Lee.

=================== Setelah 3 Minggu Kemudian=================
Barisan bintik bercahaya mulai terangkan gelapnya langit, Noin tak bisa tidur karena memikirkan Zuon, ia mulai merasakan benih-benih cinta Zuon yang mendera. Entah kenapa ia tiba-tiba mendadak suka dengan Zuon setelah kedekatan mereka selama 3 minggu. Sebelum ia berusaha tidur pun ia ingin bermimpi bertemu Zuon.
 Sekitar jam 9 lebih 15 pagi adalah jam istirahat pertama di SMA 1 Zakari, serasa waktu belum berubah Noin tiba-tiba mendatangi Zuon yang sedang tersendiri. “ku ingin jadikan kamu sebagai perhiasan di hatiku Zuon” kata Noin. “Kok bisa Noin?” tanya Zuon penuh penasaran. Noin menjawab “karena aku ingin menjaga engkau dihatiku agar tidak dicuri orang lain”, “Akh kamu itu gombal ich” ujar Zuon. Tak disangka Noin tiba-tiba menyatakan cinta kepada Zuon,,

“Zuon, aku tau aku bukan orang yang sempurna
Aku tau aku bukanlah orang yang bergelimpang harta
Tapi aku bisa mencintaimu dengan sepenuh jiwa
Walau jauhku memisahkanmu tapi ragaku selalu di hatimu
 Izinkanlah aku berlabuh dihatimu”

Terkesan akan keberanian Noin dan keinginan Zuon melupakan Lee, karena ia beranggapan kalau Lee tak akan mengenalnya lagi, akhirnya Zuon mau berpacaran. Begitu gembira hati Noin dan jua Zuon sebagai orang yang baru pacaran, tapi hal itu hanya baru mereka berdua yang tau dan mereka berharap waktu yang akan membeberkan hubungan mereka.
Setelah bel pulang berbunyi tiba-tiba Lee menghampiri Zuon dan bertanya kepada Zuon ”Apakah kamu marah padaku?”, “hmmm tak pernah, anggaplah semua yang aku katakan tak kan pernah terjadi Lee (berwajah pasrah) ” jawab Zuon. Belum terlalu banyak bicara Noin langsung menarik tangan Zuon untuk pulang bersama, tak lupa jua Noin menyapa Lee. Sesampai di gerbang sekolah mereka berpisah karena jalur yang berbeda “Noin hati-hati dijalan, jangan lupa berdo’a ya...” seru Zuon, “Iya Zuon, kamu juga ya..” balas Noin. Sedangkan Lee yang tepat dibelakng mereka hanya bisa bingung kenapa Zuon jadi perhatian dengan Noin, padahal Lee rasa Noin dan Zuon tidak ada hubungan yang spesial.
Setiba dirumah Lee tetap bingung akan hubungan yang sebenarnya terjadi di antara Zuon dan Noin. Mungkin dia baru merasakan cinta yang sebenarnya sehingga membuat Lee sedikit sakit hati akan semua itu. “hmmm kenapa aku jadi gini, mengapa setelah aku tolak dikau aku malah menjadi suka dengan dikau” benaknya dalam hati sambil melamun di sofa depan kos-kosannya.
Ketika malam tiba tepatnya jam 10 malam Lee mulai tak karuan akan perasaannya kepada Zuon, dia bahkan telah menyesal telah menolak Zuon, dia merasa bodoh dan aneh ketika itu. Mengingat persaannya itu dia berjanji pada dirinya agar besok bisa menyatakan rasanya kepada Zuon, karena dia belum tau jikalau Zuon jadian dengan Noin. Setelah meniati itu Lee beranjak tidur agar besok tidak kesiangan.
Diwaktu bersamaan Zuon sedang asyik ber-smsan ria dengan Noin, maklum benih-benih cinta yang bersemai membumbui segelintir hati mereka yang ingin saling dimanja cinta, tapi malam itu selalu menebar kantuk sehingga mereka tak bisa berlama-lama untuk ber-smsan, sehingga akhirnya mereka tertidur jua.
Pagi terasa beda, awan hitam membumbung diatas langit, hitam kelabu yang menemani rintikan gerimis yang sejukkan suasana. Lee mulai sampai di sekolah berselimutkan jaket tebal berwarna biru muda. Tak lupa akan niatnya tadi malam dia tak ragu untuk langsung ke kelas. “kreekkeet” suara nyaring pintu itu terdengar, perlahan ia menginjakkan kakinya di kelas, tapi sesaat ia melihat Zuon yang sedang duduk dengan Noin tiba-tiba pipinya merah dan keberanian yang ia kumpulkan menyusut. Lee ingin menyatakan tapi rasa malunya sangat kuat menahan perkataan Lee. Tak berselang lama guru TU datang ke kelas mereka dan menyampaikan kalau hari itu tidak ada pelajaran sontak semua murid bersorak “aaaaaaaa...(nada kecewa)..syyiiiik (nada senang)” girang seluruh siswa di kelas X.G. Melihat hal itu Lee mempnyai kesempatan untuk menyatakan rasanya kepada Zuon. dikala guru mulai pergi dari kelasnya Lee menggeret Zuon yang berdiri disampingnya dengan wajah malu-malu, “Zuon jujur aku mulai suka sama kamu, maaf kalo sebelumnya aku telah nolak tresnamu” ujar Lee. “maaf?? Kau itu udah sakiti hati daku tapi biarlah dan dari dulu kau sudah ku maafkan, tapi maaf jua kau terlambat jika baru sekarang kau menyatakan rasamu” seru Zuon. “ Tapi Zuon, Why ??” tanggap Lee, tiba-tiba Noin datang dengan tergesa-gesa dan berkata “Lee ada apa kamu dengan Zuon??”. “Dia jawabannya Lee..”(menunjuk Noin) sela Zuon. “Noin????, Noin kau kan sahabatku kenapa kau rebut dia dari aku?” kata Lee sambil meneteskan air matanya . “merebut?? Bukannya kau yang menolak cinta Zuon? tak salahkan jika aku jadian ama Zuon ?(meledek)” tandas Noin. “Sudah kucup!!” bentak Zuon sambil pergi dari kelas. “Zuon mau kemana kamu?” jerit Lee dan Noin, tapi Zuon hanya diam dan terus berjalan. Akhirnya Lee dan Noin pergi berpisah airmata membanjiri pipi mereka dan persahabatan mereka yang cukup erat pun hancur sekejap hanya karena sebuah cinta.
Di tempat yang berbeda Zuon di kantin menenggak air putih tuk lepaskan penatnya akan masalah yang ia hadapi. “mungkinkah aku telah membuat persahabatan mereka hancur? Betapa buruknya aku sebagai cowok, maafkan aku Lee, maafkan aku Noin” bisiknya dalam hati sambil membayar air putih dan langsung menemui Lee dan Noin.
Melihat Noin dan Lee terpisah Zuon meneteskan air mata dan memanggil Lee dan Noin, melihat itu banyak teman-teman cewek yang ikut meneteskan air mata. “Lee,  Noin sebelum aku mau ngomong kalo aku nangis bukan karna aku cengeng tapi tangisan ini bermakna bahwa aku jua merasakan apa yang kalian rasakan, dan itu menurutku adalah sifat cowok yang jantan” ucap Zuon sambil memberikan jeda “Noin jujur aku cinta kamu tapi aku juga masih sayang sama Lee, lebih baik kita putus dan jadi sahabat selamanya” lanjut Zuon. “Tapi Zuon, ingat kita jadian baru 1 hari, apa kau tega?!” seru Noin. ”Mungkin ini jalan terbaik, lebih baik kita putus seperti ini asal kita tetap jadi sahabat, daripada jika kita suatu saat kita putus dengan masalah kita kan tak bisa bersahabat lagi...” jawab Zuon. “Maaf  Zuon mungkin aku telah merusak hubungan kalian..” kata Lee dengan tangis. “Lee kau tak salah, aku lakuin ini karena ku tak mau jikalau persahabatan kalian hancur, lagi pula apa artinya berpacaran tapi menghancurkan persahabatan. Lebih baik tanpa cinta tapi bersahabat erat bukan?” ucap Zuon. Mendengar perkataan itu Lee dan Noin langsung memeluk Zuon, betapa Zuon mementingkan persahabatan dari pada CINTA, dan semua teman mereka pun jua ikut memeluk mereka dengan tangisan yang bermakna simpati kepada teman mereka sendiri.
Akhirnya ketiga teman itu saling bersahabat hingga sekarang, ternyata hanya persahabatan sejatilah yang tak lekang oleh zaman. Dan kekekalan cinta akhirnya terpatahkan akan keterikatan batin dari persahabatan, mungkin karena kebanyakan cinta itu menghancurkan persahabatan bahkan hingga mengakibatkan permusuhan. Padahal jua cinta massa remaja adalah cinta monyet yang biasanya saling berjanji akan mencintai selamanya tapi akhirnya mengingkarinya dan putus di tengah jalan, terus janji-janji yang membuai hanya sebatas ucapan belaka dan itulah yang termasuk cinta busuk, berjanji tapi omong kosong.  Sahabat memang suatu mukjizat dunia yang sangat berpengaruh dalam hidup, sayangilah seorang sahabat, dan janganlah mengkhianati sahabat, sebagaimana Zuon merelakan cintanya demi persahabatannya....

      ==========================###SELESAI###==========================


Post a Comment

0 Comments