Mawar Jingga (Antara Sahabat dan Cinta)
(Galang Setianto 22 Januari 2012)
Malam terasa begitu bimbang, ia tersendiri diatas kursi
tua yang mulai keropos. Terkadang angin menghembuskan daun yang rambutan tepat
di atasnya. Meriuhkan, ia yang sedang bersedih karena luka, kata-kata orang tua
yang menusuk membuatnya kian menangis meneteskan air mata. Hanya nyaris bangku tua
itu adalah teman bisunya. Ketika ia mulai menikmati sejuknya malam, tiba-tiba
“Kamu, masuk! Kalau orang tua berkata jangan ngambek, kalau kau gak mau kerja
pergilah dari rumah.” sahut ayahnya. Ia pun teridam dan mulai masuk ke rumah
dengan menundukkan kepala dan langsung masuk ke kamar untuk memejamkan mata di
atas kasur.
Ia pun mulai tak senang dengan ayahnya, ia lebih merasa
dijadikan seorang budak dari pada seorang anak. Ia diberi kerjaan agar menjaga
sebuah rentalan komputer dikawasan kota
Konoha Raya di Jawa tengah. Tiap
hari ia disuruh ayahnya agar menjaga rentalan dari sekitar jam empat siang
hingga jam 10 malam tanpa memperhatikan waktu belajarnya hingga ia merasa
sangat bodoh di kelas.
*###*
Pagi mulai pancarkan sinarnya, ia pun terbangun dari
tidurnya tepat jam 5 pagi. Tak berlangsung lama ia pun langsung mandi dan mulai
berpakaian seragam abu-abu putih. Setiap hari ia jalan kaki hampir 3 Km. “Zuon??”
panggil ibunya, itulah namanya Mizuon Kurozaki yang biasa dipanggil Zuon “Iya
bu, ada apa?” balas Zuon. “Kamu sarapan dulu ya sebelum berangkat, uang saku
uda ibu taruh di samping TV” kata ibunya.”Iya bu, Zuon pake dasi dulu ntar
pasti Zuon sarapan kok” sahut Zuon. Akhirnya setelah tetek bengek itu ia lakukan,
ia mulai mengenakan jam tangan tuk mulai berjalan kaki tepat jam 05.30 pagi.
Ia berjalan ke sekolah SMA 1 Zakari selama 50 menit, ia
tak pernah menyuruh ayahnya tuk mengantarkannya ke sekolah, karena ia rasa ayahnya
tak memperdulikannya. Selama perjalanan kadang ia menebar senyum kepada orang
yang ia jumpai, walau kadang ia tersipu malu karena orang yang ia beri senyum
hanya diam dan acuh. Tapi itu bukanlah suatu halangan agar ia tetap murah
senyum.
Sesampai di sekolah ia menyalami ibu guru BK yang menghadang
langkahnya di depan gerbang. Tak luput ia pun mulai berjalan ke kelasnya X.G,
tapi seperti biasa saatnya membuka pintu hanya ada bangku dan meja yang masih
kosong diselingi sepinya pagi. Untuk memanfaatkan waktu kadang ia menyapu
lantai kelasnya. Lambat laun teman mulai berdatangan tapi ia belum begitu kenal
dengan teman-temannya maklum masih dua
Minggu ia masuk di SMA 1 Zakari. Saat ia duduk di depan kelas temannya yang
menyapa “boleh kenalan tak? Namaku Lee Kadarsin, kamu?”, lalu ia pun menjawab
“boleh, namaku Mizuon Kurozaki biasa dipanggil Zuon. Senang bisa berkenalan
denganmu”. Lalu mereka pun berbincang-bincang di bangku depan kelasnya, padahal
mereka baru berkenalan sehari itu. Setelah bel berbunyi mereka pun duduk
ditempat duduk masing-masing. Zuon satu meja dengan Parjo, sedangkan Lee semeja
dengan Noin Khalifah. Di kelas mereka ada 30 siswa 11 laki-laki dan sisanya perempuan.
Setelah istirahat Zuon pergi ke kantin bersama 3
orang teman yang ia kenal yaitu, Parjo,
Fikri, Suneo. Nasi sayur, gorengan dan es teh, itulah makanan yang Zuon pesan
untuk mengisi perutnya. Setelah istirahat berakhir mereka pun segera pergi ke
Lab TIK untuk memenuhi pelajaran TIK, pelajaran kesukaan Zuon karena sebidang
dengan kerjaannya.
Di dalam lab ia diajari membuat game flash dan web html,
walaupun tidak terlalu bisa ia tetap berusaha dan tanpa putus asa. Setelah ia
cukup bisa, mulailah keingintahuannya terhadap bahasa program datang, dengan
cekatan ia mulai mengacak bahasa-bahasanya sehingga membentuk menu html yang
cukup unik.
Jam pulang sekolah pun datang, tak lama ia mulai nampak
dari gerbang sekolah SMA 1 Zakari, ia pulang jalan kaki sendiri, tiada teman,
tiada juga kawan. Terkadang temannya memberi senyum ketika melihat Zuon jalan
kaki, tapi Zuon lebih sering mendapat ejekan dari temannya “jaman sekarang
masih jalan kaki, kuno lho haaaa” itulah salah satu celoteh orang yang mengejeknya.
Setelah 25 menit ia berjalan menyisakan keringat yang membasahi tubuhnya ia pun
sampai dirumahnya. Tiada sambutan hangat yang ia rasakan, tapi malah yang
terlihat ayahnya yang tidur begitu pulasnya. Tanpa ragu Zuon langsung ganti
baju, dan makan. Setelah itu ia beranjak istirahat, tapi belum sampai terlelap
ayahnya yang baru bangun berteriak “Zuon, jangan istirahat dulu enak banget
langsung istirahat, mending jaga rentalan sana, yang jaga uda pulang!”.”Tapi
pak, Zuon capek, kaki pegel, kasih waktu buat Zuon istirahat” tandas Zuon.
“Kamu disuruh orang tua malah ngelawan, mau jadi apa kau nanti. Baru SMA aja
uda susah di bilangin, kamu itu masih minta ama orang tua. Kalau gak mau kerja,
gak usah dirumah.., pergi saja sana!” bentak ayahnya. “iya pak” kata Zuon,
seketika ia beranjak bangun dan ke tempat rentalan dengan wajah murung. Ia
termenung, sakit hati, menahan tangis “ayahku itu anggap aku itu apa sih? Anak
atau Babu, pengen mati rasanya kalau gini” bisik hatinya.
Tapi lubuk hati Zuon yang lain ia teringat dengan Lee,
cewek yang baru mengajak berkenalan dan berbincang. Hatinya mulai bergejolak
tanpa tenang, berdebar-debar membuat seluruh syarafnya menjadi dingin dan ingin
sekali bertemu dengan Lee. Mungkin itu awal dari sebuah cinta, ataupun rasa
sayang.
Tak sadar karena terlalu memikirkan Lee, Zuon mendapat
masalah puluhan kertas bertinta ternyata salah print. Sialnya, ayah Zuon
mengetahuinya dan langsung memarahi Zuon.”dasar anak gak tau di untung dikasih
kemudahan malah bikin rugi, pergi saja kau!” bentak ayahnya. Seketika ia pun
meneteskan air mata, dan langsung pergi berlari. Karena lelah ia pun duduk di
trotoar jalan Nagasaki Street di depan mall “Mega Central”, wajahnya terlihat
melas dan berhiasi air mata yang masih berkaca di matanya. Zuon terenung dan
merasa sakit hati yang amat dalam ditambah ayahnya yang tak memperdulikan dia,
membuatnya semakin terpukul.
Dikala Zuon berada dalam renungannya yang dalam, suara
lirih terlintas dikupingnya “Zuooon...” dengarnya. Ia pun langsung menengok ke
arah suara, tanpa ia sangka Lee Kadarsin yang datang menghampirinya.”Zuin kamu
kenapa, kok bisa nangis gitu?” kata Lee sambil duduk. “hmmm, aku sakit hati
gara-gara ayahku, yang sudah tak memperdulikanku dan sering memarahiku, aku
disini jua karena uda di usir ayahku”jawabnya. “kamu sabar ya, disinikan masih
ada aku. Mungkin ayahmu bercanda kali.., kalau kamu mau, boleh kok tinggal di
rumahku tuk sementara waktu” ujar Lee. “yang bener Lee?? Terima kasih ya Lee!”
bungah Zuon. Tak lama, kepala Zuon bersender di bahu Lee karena merasa lelah,
tanpa ragu Lee pun memegang tangan Zuon dengan erat sambil meneteskan air mata
membayangkan jika Lee berada diposisi Zuon. Zuon memandang mata Lee dan Lee
juga demikian mereka merasa sedih bercampur senang, karena tak mengira akan
bertemu di situasi yang seperti itu. Lee
juga memberikan minuman yang ditentengnya dan diminum bersama, membuat suasana
menjadi romantis dan penuh dengan air mata. Tak ayal mereka pun berangkulan dan
kemudian pergi ke kos-kosan Lee.
Sesampai dikos-kosan mereka pun duduk di sofa berwarna
cokelat muda. Sebentar, Lee pun membuatkan secangkir teh hangat untuk Zuon.
Kemudian Zuon pun tersenyum kepada Lee, ia tak mengira ternyata Lee sangat baik
itu mungkin membuatnya semakin menaruh rasa.”kamu pernah punya pacar?” tanya Zuon
sambil menengguk teh.”hemmm, mungkin pernah 1 kali, tapi itu berakhir dengan
sangat-sangat menyedihkan,aku merasa dikhianati,diselingkuhi, tapi apa daya aku
yang penuh kurang ini. Sekarang pun ku mulai melupakan semua itu, aku juga tak
ingin mengingat nama Sheo Neil lagi”
jawab Lee. Zuon berpendapat “jika punya pacar jangan pernah sekali-kali
benjanji Akan Mencintainya Orang
Selamanya. Karena menurutku lebih dari 50% orang akan putus di tengah
jalan, jangankan yang berpacaran yang menikah saja kadang cerai, kalau sudah
begitu bagaimana janji yang telah terucap, sedangkan janji itu sendiri kan
sesuatu yang harus ditepati.”. “kamu benar Zuon, aku juga sebenarnya telah
berjanji akan setia sampai mati, tapi ternyata ia malah menyakitiku begitu
saja.”
Ketika sedang berbicara Zuon teringat akan orang tuanya.
Pasti orang tuanya merindukannya apalagi ibunya, seorang ibu pasti lebih
kawatir jika anaknya pergi dari rumah. Tapi ia pun sadar kalau mungkin waktu
untuk pulang tidak tepat. Di waktu yang bersamaan Lee mengajak Zuon pergi
kerumah sahabatnya Noin Khalifah.
Dengan sepeda jengki mereka berboncengan, Zuon di depan
dan Lee di belakang. Di jalan Zuon memandang kemana-mana seperti tak tahu arah,
maklum ia belum pernah ke rumah Noin. Di depan gardu desa Noin anak-anak muda
menyiuli keduanya “Swiitsiuuw”, mendengar itu Zuon menundukkan kepala dengan
wajah malu, Lee pun tak beda jauh ia malah malu dan buang muka.
Sesampai dirumah Noin tepat jam 09.00 WIB, mereka
langsung mengetuk pintu rumah Noin. “tuk tuk tuk Assalamu’alaikum..” salam Zuon.
Tak lama kemudian seorang ibu-ibu keluar dan membukakan pintu,”Walaikum salam,
ada apa ya?” tanya ibu-ibu yang ternyata adalah ibu Noin. “naoinnya ada bu?”
jawab Zuon. Sedikit waktu menunggu Noin
pun datang. Mereka pun akhirnya berbincang dengan asyiknya.
Setelah itu
mereka pun pulang dan Lee mengantarkan Zuon pulang ke rumah.”Sudah dulu ya Zuon,
semoga orang tuamu gak marah ama kamu.” Kata Lee. “Amiiin, makasih ya
sebelumnya, dan hati-hati dijalan” balas Zuon.
Detik-detik
menegangkan pun datang, raut wajah Zuon mengkirut dan gelisah. Dia pun sempat
berpikir-pikir saat mau mengetuk pintu rumahnya, tapi dengan sedikit keberanian
ia pun memberanikan diri tuk mengetuk pintu. “tuk tuk tuk.” Bunyi ketukan Zuon
yang cukup lirih. Tak lama ibu Zuon pun membukakan pintu, sontak kaget saat
ibunya melihat anak yang dirindukannya “zuooon, kenapa kamu baru pulang dan
kenapa kamu pergi dari rumah, ibu cemas Zuon (memeluk Zuon dengan erat). Ibu
juga sudah bilang sama ayah kalo jangan sampe nyakitin kamu lagi, karena ibu
sayang kamu Zuon..”, “Terima kasih bu, Zuon juga sayang ibu,dan Zuon menginap
dirumah temen Zuon itu sangat kangen sama ibu” ujar Zuon sambil meneteskan air
mata. Mereka pun masuk ke rumah dalam suasana yang cukup mengharukan ini. Ayah Zuon
yang dulunya pemarah sesudah kejadian itu menjadi baik dan tidak suka marah
lagi. Zuon pun merasa senang akan perubahan sikap ayahnya itu, dan akhirnya
mereka bertiga pun sama – sama senang bisa berkumpul kembali. Sebenarnya Zuon
adalah anak kedua, anak pertama dari keluarganya itu Ichigho Kurozaki, tetapi
kakak Zuon itu masih bersekolah di Universitas Keren Jawa (UKJ) dan tinggal di
daerah sekitar sekolah tersebut.
Semilir angin
dingin menghempas di hamparan langit hitam di atas angkasa. Diatas meja belajar
Zuon termenung memikirkan Lee, pikirannya bagai terhipnotis Lee, dan hatinya
bagai ditebari virus-virus Lee.”apakah aku jatuh cinta pada Lee ya, kok aku
merasakan rasa yang tidak biasa sih?” bisik Zuon dalam hati. Sekitar tengah
malam ia masih belum bisa memejamkan matanya, bayang Lee benar-benar merasuk
otaknya. Tanpa ragu ia berjanji pada dirinya untuk menyatakan rasanya kepada Lee
di hari besok.
Mentari mulai
memperlihatkan sosoknya dengan malu-malu, Zuon pun ikut terlantun cahaya sang
surya. Serasa tak ingin ingin terlambat dan tak sabar ingin bertemu Lee ia pun
bergegas mandi dan mengenakan baju abu-abu putihnya. “zuoon, jangan
tergesa-gesa gitu dong wong masih pagi kok kaya udah jam 8 aja !” seru ibu Zuon
dengan nada lirih. “hehe, ia bu..,
ma’af” ujar Zuon. Tak lama setal siap Zuon meminta ayahnya mengantarkan dia,
karena kakinya sedikit pegal.
Sesampai di
gerpan depan sekolah, seperti biasa ibu BK siap untuk disalami. Itulah
kebiasaan di sekolah Zuon, SMA 1 Zakari. Selepas itu Zuon pun bergegas ke
kelas, tapi hanya Paijo yang terlihat duduk di bangku depan kelasnya. “Pagi jo, dah berangkat loe
pagi-pagi” sapa Zuon, “iya dong, paijo gitu loch..” jawab paijo, “aku masuk
kelas dulu ya jo” ujar Zuon “iya silakan mas bro” balas paijo. Walaupun di
kelas tiada orang Zuon tetap masih menunggu Lee di kelas. Beberapa teman pun
sudah masuk ke kelas, berikutnya nampak Noin yang masuk kelas, “pasti sebentar
lagi Lee datang” harap hati Zuon. Dugaan Zuon benar, tak lama kemudian Lee
datang dan menyambut Zuon dengan senyuman. “senyumnya manis banget sih..” ujar
hati Zuon sambil membalas dengan senyuman. Belum sempat Zuon mengobrol dengan Lee
bel jam masuk berbunyi.
Istirahat
kedua ia bicara kepada Lee kalau ingin bertemu sebentar saat pulang sekolah.
Karena jam istirahat dinilai Zuon bukan waktu yang tepat. Akhirnya jam pulang
pun tiba, Zuon menunggu Lee dengan wajah gugup dan nerves, tapi ia tetap berani
menyatakan rasanya itu. Setelah bertemu, tanpa ragu Zuon mengeluarkan
butiran-butiran kata mutiara melihat suasana sudah sepi..
“Lee..
Kau
adalah segenggam rasaku
Kau
indah sempurna bagai bidadari dari surga
Rambutmu
indah menawan bagai helaian kain sutra emas
Cantik
menawan..
Bak
berlian terpantul cahaya
Indah
mewarna di mata
Pedih
tak mampu pejamkan mata
Memandang
sosokmu
Aku
tak ayal ternganga
Matamu
anggun menawan
Bibirmu
merah merona
Dikau
tak mustahil ku taruh rasa
Hati
ini tak sanggup menipu cinta
Terasa
sakit tuk di pendam
Tapi
terasa berat tuk dikatakan
Dikau,
daku jatuh cinta pada engkau
Tak
bisa ku pungkiri
Hati
ini mengimpikan kau
Ingin
hati kau jadi penghuni hati ini
Biarlah
walau sebentar...”
Ujar Zuon sambil menyerahkan bunga mawar merah, “tapi Zuon
kita kan belum terlalu kenal, dan mungkin aku perlu waktu tuk menjawab ini”
kata Lee. “terimalah bunga ini jika engkau terima cintaku, dan buanglah bunga
ini jika engka menolak cintaku. Aku tak kan memaksamu, karena aku butuh
ketulusanmu” jawab Zuon.
“Bukan
hati aku tak sayang
Bukan
ucapan juga aku tak cinta
Cinta
bukanlah sekedar rasa biasa
Yang
mudah dihilangkan
Berikanlah
sekiranya waktu tuk tentukan itu
Jika
kau benar mencintaiku
Dan
jangan pula engkau sedih jikalau kita tak harus bersama”
Kemudian dengan sedikit gugup Lee memberikan jawabannya,
“Zuon, aku....” belum sempat menjawab, tukang kebun sekolah datang hendak
menutup pintu. “Ekhem.., pulang-pulang pintu mau ditutup jangan berduaan kayak
gitu ntar ada yang ngomongin yang nggak-nggak” seru tukang kebun. Kaget dengan
itu, Zuon memasukan bunganya dengan tergesa dan berkata “ya pak saya pulang,
kami cuma berdiskusi kok pak”. Melihat situasi begitu Zuon mengajak Lee pergi.
Sesampai di depan sekolah Zuon menanyakan jawaban Lee, “Bagaimana keputusanmu Lee?” pinta Zuon. “hmmmm, mungkin aku belum bisa
tuk menjawab rasa ini sekarang, semuanya itu perlu waktu Zuon, maafkan aku..”
jawab Lee. “setiap waktu untukmu Lee, aku akan selalu menunggumu Lee” rayu Zuon.
Detik berganti menit, menit berganti jam,siang berganti
malam, malam pun berganti hari yang cerah. Di setiap langkah Zuon ke sekolah ia
hanya memikirkan 1 hal di dalam hatinya saat itu, yaitu “Apakah mungkin dia
menerima cintaku?”. Langkah kakinya ia gegaskan tuk segera sampai di sekolah.
Sesampai di sekolah ia terus menunggu Lee walau tak kunjung datang jua,
ternyata Lee datang mepet dengan bell masuk sehingga Zuon belum menanyakannya.
Bel istirahat mengumandangkan deringnya yang nyaring, Lee
bersama Noin pergi ke kantin, sedangkan Zuon duduk di bangku depan kelas
bersama Paijo. Sekitar 8 menit Noin dan Lee pun datang, tanpa berfikir panjang Zuon
pun langsung menghampiri Lee, “Lee, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” pinta Zuon,
“Boleh kok !” Jawab Lee dengan singkat. “Aku ingin belajar...(memegang tangan
kanan Lee) ” kata Zuon. Tiba-tiba Noin yang melihat itu langsung pergi ke kelas
tanpa sebab, dengan bingung akan tindakan Noin, Lee menyela “Belajar apa Zuon?”
(wajah bingung), “Belajar tuk mencintaimu.., bolehkah ku tau jawabanmu yang
tertunda” ujar Zuon, Lee pun berkata “Zuon, maaf ku tak mencintaimu tapi aku
rasa aku belum siap, I’m so sory”. Dengan hati terpukul Zuon langsung
melepaskan tangan Lee dan masuk kekelas. Noin yang sedang duduk menghampiri Zuon,
dan duduk di samping Zuon dan berkata “ Cinta
bukanlah rasa yang harus terpaksakan, dan janganlah engkau terus berharap pada
seseorang terlalu lebih, karena belum tentu orang itu mengharapkan engkau jua
“. “terima kasih Noin, kata itu cukup tuk tenangkan hatiku, aku juga sadar
kalau aku tak akan memaksakan hatiku kepada Lee” terang Zuon. Sejak saat itu Zuon
lebih dekat dengan Noin ketimbang Lee, karena ia telah merasa tersakiti oleh Lee.
=================== Setelah 3 Minggu Kemudian=================
Barisan bintik bercahaya mulai terangkan gelapnya langit,
Noin tak bisa tidur karena memikirkan Zuon, ia mulai merasakan benih-benih
cinta Zuon yang mendera. Entah kenapa ia tiba-tiba mendadak suka dengan Zuon setelah
kedekatan mereka selama 3 minggu. Sebelum ia berusaha tidur pun ia ingin
bermimpi bertemu Zuon.
Sekitar jam 9
lebih 15 pagi adalah jam istirahat pertama di SMA 1 Zakari, serasa waktu belum
berubah Noin tiba-tiba mendatangi Zuon yang sedang tersendiri. “ku ingin
jadikan kamu sebagai perhiasan di hatiku Zuon” kata Noin. “Kok bisa Noin?”
tanya Zuon penuh penasaran. Noin menjawab “karena aku ingin menjaga engkau
dihatiku agar tidak dicuri orang lain”, “Akh kamu itu gombal ich” ujar Zuon.
Tak disangka Noin tiba-tiba menyatakan cinta kepada Zuon,,
“Zuon,
aku tau aku bukan orang yang sempurna
Aku
tau aku bukanlah orang yang bergelimpang harta
Tapi
aku bisa mencintaimu dengan sepenuh jiwa
Walau
jauhku memisahkanmu tapi ragaku selalu di hatimu
Izinkanlah aku berlabuh dihatimu”
Terkesan akan keberanian Noin dan keinginan Zuon
melupakan Lee, karena ia beranggapan kalau Lee tak akan mengenalnya lagi,
akhirnya Zuon mau berpacaran. Begitu gembira hati Noin dan jua Zuon sebagai
orang yang baru pacaran, tapi hal itu hanya baru mereka berdua yang tau dan
mereka berharap waktu yang akan membeberkan hubungan mereka.
Setelah bel pulang berbunyi tiba-tiba Lee menghampiri Zuon
dan bertanya kepada Zuon ”Apakah kamu marah padaku?”, “hmmm tak pernah,
anggaplah semua yang aku katakan tak kan pernah terjadi Lee (berwajah pasrah) ”
jawab Zuon. Belum terlalu banyak bicara Noin langsung menarik tangan Zuon untuk
pulang bersama, tak lupa jua Noin menyapa Lee. Sesampai di gerbang sekolah
mereka berpisah karena jalur yang berbeda “Noin hati-hati dijalan, jangan lupa
berdo’a ya...” seru Zuon, “Iya Zuon, kamu juga ya..” balas Noin. Sedangkan Lee
yang tepat dibelakng mereka hanya bisa bingung kenapa Zuon jadi perhatian
dengan Noin, padahal Lee rasa Noin dan Zuon tidak ada hubungan yang spesial.
Setiba dirumah Lee tetap bingung akan hubungan yang
sebenarnya terjadi di antara Zuon dan Noin. Mungkin dia baru merasakan cinta
yang sebenarnya sehingga membuat Lee sedikit sakit hati akan semua itu. “hmmm
kenapa aku jadi gini, mengapa setelah aku tolak dikau aku malah menjadi suka
dengan dikau” benaknya dalam hati sambil melamun di sofa depan kos-kosannya.
Ketika malam tiba tepatnya jam 10 malam Lee mulai tak
karuan akan perasaannya kepada Zuon, dia bahkan telah menyesal telah menolak Zuon,
dia merasa bodoh dan aneh ketika itu. Mengingat persaannya itu dia berjanji
pada dirinya agar besok bisa menyatakan rasanya kepada Zuon, karena dia belum
tau jikalau Zuon jadian dengan Noin. Setelah meniati itu Lee beranjak tidur
agar besok tidak kesiangan.
Diwaktu bersamaan Zuon sedang asyik ber-smsan ria dengan Noin,
maklum benih-benih cinta yang bersemai membumbui segelintir hati mereka yang
ingin saling dimanja cinta, tapi malam itu selalu menebar kantuk sehingga
mereka tak bisa berlama-lama untuk ber-smsan, sehingga akhirnya mereka tertidur
jua.
Pagi terasa beda, awan hitam membumbung diatas langit,
hitam kelabu yang menemani rintikan gerimis yang sejukkan suasana. Lee mulai
sampai di sekolah berselimutkan jaket tebal berwarna biru muda. Tak lupa akan
niatnya tadi malam dia tak ragu untuk langsung ke kelas. “kreekkeet” suara
nyaring pintu itu terdengar, perlahan ia menginjakkan kakinya di kelas, tapi
sesaat ia melihat Zuon yang sedang duduk dengan Noin tiba-tiba pipinya merah
dan keberanian yang ia kumpulkan menyusut. Lee ingin menyatakan tapi rasa
malunya sangat kuat menahan perkataan Lee. Tak berselang lama guru TU datang ke
kelas mereka dan menyampaikan kalau hari itu tidak ada pelajaran sontak semua
murid bersorak “aaaaaaaa...(nada kecewa)..syyiiiik (nada senang)” girang
seluruh siswa di kelas X.G. Melihat hal itu Lee mempnyai kesempatan untuk
menyatakan rasanya kepada Zuon. dikala guru mulai pergi dari kelasnya Lee
menggeret Zuon yang berdiri disampingnya dengan wajah malu-malu, “Zuon jujur
aku mulai suka sama kamu, maaf kalo sebelumnya aku telah nolak tresnamu” ujar Lee.
“maaf?? Kau itu udah sakiti hati daku tapi biarlah dan dari dulu kau sudah ku
maafkan, tapi maaf jua kau terlambat jika baru sekarang kau menyatakan rasamu”
seru Zuon. “ Tapi Zuon, Why ??” tanggap Lee, tiba-tiba Noin datang dengan
tergesa-gesa dan berkata “Lee ada apa kamu dengan Zuon??”. “Dia jawabannya Lee..”(menunjuk
Noin) sela Zuon. “Noin????, Noin kau kan sahabatku kenapa kau rebut dia dari
aku?” kata Lee sambil meneteskan air matanya . “merebut?? Bukannya kau yang
menolak cinta Zuon? tak salahkan jika aku jadian ama Zuon ?(meledek)” tandas Noin.
“Sudah kucup!!” bentak Zuon sambil pergi dari kelas. “Zuon mau kemana kamu?”
jerit Lee dan Noin, tapi Zuon hanya diam dan terus berjalan. Akhirnya Lee dan
Noin pergi berpisah airmata membanjiri pipi mereka dan persahabatan mereka yang
cukup erat pun hancur sekejap hanya karena sebuah cinta.
Di tempat yang berbeda Zuon di kantin menenggak air putih
tuk lepaskan penatnya akan masalah yang ia hadapi. “mungkinkah aku telah
membuat persahabatan mereka hancur? Betapa buruknya aku sebagai cowok, maafkan
aku Lee, maafkan aku Noin” bisiknya dalam hati sambil membayar air putih dan
langsung menemui Lee dan Noin.
Melihat Noin dan Lee terpisah Zuon meneteskan air mata
dan memanggil Lee dan Noin, melihat itu banyak teman-teman cewek yang ikut
meneteskan air mata. “Lee, Noin sebelum
aku mau ngomong kalo aku nangis bukan karna aku cengeng tapi tangisan ini
bermakna bahwa aku jua merasakan apa yang kalian rasakan, dan itu menurutku
adalah sifat cowok yang jantan” ucap Zuon sambil memberikan jeda “Noin jujur
aku cinta kamu tapi aku juga masih sayang sama Lee, lebih baik kita putus dan
jadi sahabat selamanya” lanjut Zuon. “Tapi Zuon, ingat kita jadian baru 1 hari,
apa kau tega?!” seru Noin. ”Mungkin ini jalan terbaik, lebih baik kita putus
seperti ini asal kita tetap jadi sahabat, daripada jika kita suatu saat kita putus
dengan masalah kita kan tak bisa bersahabat lagi...” jawab Zuon. “Maaf Zuon mungkin aku telah merusak hubungan
kalian..” kata Lee dengan tangis. “Lee kau tak salah, aku lakuin ini karena ku
tak mau jikalau persahabatan kalian hancur, lagi pula apa artinya berpacaran
tapi menghancurkan persahabatan. Lebih baik tanpa cinta tapi bersahabat erat
bukan?” ucap Zuon. Mendengar perkataan itu Lee dan Noin langsung memeluk Zuon,
betapa Zuon mementingkan persahabatan dari pada CINTA, dan semua teman mereka pun jua ikut memeluk mereka dengan
tangisan yang bermakna simpati kepada teman mereka sendiri.
Akhirnya ketiga teman itu saling bersahabat hingga
sekarang, ternyata hanya persahabatan sejatilah yang tak lekang oleh zaman. Dan
kekekalan cinta akhirnya terpatahkan akan keterikatan batin dari persahabatan,
mungkin karena kebanyakan cinta itu menghancurkan persahabatan bahkan hingga
mengakibatkan permusuhan. Padahal jua cinta massa remaja adalah cinta monyet
yang biasanya saling berjanji akan mencintai selamanya tapi akhirnya
mengingkarinya dan putus di tengah jalan, terus janji-janji yang membuai hanya
sebatas ucapan belaka dan itulah yang termasuk cinta busuk, berjanji tapi omong
kosong. Sahabat memang suatu mukjizat
dunia yang sangat berpengaruh dalam hidup, sayangilah seorang sahabat, dan
janganlah mengkhianati sahabat, sebagaimana Zuon merelakan cintanya demi
persahabatannya....
==========================###SELESAI###==========================
0 Comments